10 Resiko Jadi Dokter Yang Harus Siap Dihadapi

Resiko Jadi Dokter – Banyak orang yang bercita-cita ingin menjadi seorang dokter setelah lulus kuliah kedokteran. Apalagi profesi dokter sering identik dengan pekerjaan mulia yakni menyembuhkan orang sakit.

Selain itu, GAJI DOKTER DI RUMAH SAKIT yang terbilang tinggi, juga menjadi salah satu faktor yang mendorong banyak orang untuk jadi dokter. Walaupun begitu, perjalanan untuk jadi dokter tidaklah mulus.

Jika sudah jadi dokter pun, belum tentu ekspetasi yang diharapkan akan terpenuhi. Jadi dokter tidaklah seindah yang dibayangkan oleh kebanyakan orang, ada banyak resiko dan konsekuensi yang mesti siap dihadapi.

Resiko jadi dokter merupakan satu hal paling penting untuk diperhitungkan, karena ini bisa menentukan kesuksesan seorang dokter. Untuk informasi lebih lengkap lagi, langsung saja simak penjelasan di bawah ini.

Resiko Jadi Dokter

Resiko Jadi Dokter

Seperti diketahui, bahwa CARA JADI DOKTER membutuhkan perjalanan panjang serta cukup berat. Mesti melewati berbagai pendidikan mulai dari kuliah kedokteran hingga pendidikan kedokteran tingkat lanjut.

Selain itu, BIAYA KULIAH KEDOKTERAN juga tidaklah murah, belum lagi untuk biaya pendidikan kedokteran tingkat lanjut lainnya. Intinya jadi seorang dokter tidaklah mulus dan bisa dikatakan terbilang cukup berat.

Setelah menjadi seorang dokter pun, kalian masih akan dihadapkan dengan resiko dan konsekuensi serta mesti siap dihadapi kapanpun. Adapun resiko-resiko jadi dokter yang perlu dipertimbangkan yaitu sebagai berikut.

1. Bekerja di Bawah Tekanan

1. Bekerja di Bawah Tekanan

Setiap profesi pastinya memiliki tingkat tekanan berbeda-beda. Ini adalah sesuatu umumnya terjadi, terutama untuk instansi yang menggunakan sistem jabatan, dimana jabatan terendah memiliki tekenan kerja paling berat.

Bekerja di rumah sakit umumnya memiliki tingkat tekanan sedang hingga tinggi. Apalagi jika kalian seorang dokter bedah, itu biasanya memiliki tingkat tekanan kerja dan rasa kekhawatiran yang terbilang cukup tinggi.

Resiko ini bisa muncul kapan saja, misalkan gagal menjalankan operasi sehingga pasien meninggal dunia, terlambat menangani penyakit pasien serta masalah lainnya. Itu tentu saja akan membuat dokter merasa tertekan.

2. Waktu Pribadi dan Keluarga Rela Dikorbankan Untuk Pasien

2. Waktu Pribadi dan Keluarga Rela Dikorbankan Untuk Pasien

Resiko selanjutnya ialah mesti rela mengorbankan waktu pribadi serta keluarga untuk pasien. Dengan jadi dokter, maka harus siap memiliki waktu sedikit untuk urusan pribadi ataupun waktu kebersamaan dengan keluarga.

Tidak mungkin dokter akan menelantarkan orang sakit hanya demi kepentingan pribadi. Maka tak heran jika dokter selalu berangkat sangat pagi dan pulang larut malam setiap harinya hanya untuk menolong orang sakit.

3. Siap Selama 24 Jam

3. Siap Selama 24 Jam

Resiko berikutnya ialah siap selama 24 jam. Selain memiliki waktu sedikit untuk pribadi dan keluarga, jadi dokter juga akan dituntut untuk siap selama 24 jam, karena pasien bisa membutuhkan pertolongan kapan saja.

Bukan hanya itu saja jadi seorang dokter, kalian juga perlu jaga malam, on call 24 jam, dipanggil ke sana kemari, melakukan operasi mendadak, sehingga waktu istirahat akan terganggu karena ada panggilan dari RS.

4. Siap Digambarkan Miring Oleh Media atau Dituntut Hukum

4. Siap Digambarkan Miring Oleh Media atau Dituntut Hukum

Resiko lainnya yaitu siap digambarkan miring oleh media ataupun dituntut hukum. Banyak sekali berita-berita miring tentang dokter atau rumah sakit seperti berita pasien ditolak dokter atau rumah sakit.

Setelah dilakukan penelusuran ternyata berita tersebut memberikan informasi salah, buka pasien ditolak dokter atau rumah sakit, melainkan kamar rawat inap penuh atau pasien belum melengkapi berkas BPJS.

Meskipun demikian, namun media tidak mau tahu intinya dokter dan rumah sakit menelantarkan pasien. Maka dari itu, jika kalian jadi dokter di rumah sakit besar harus sabar serta siap mental dengan berita miring media.

5. Sekolah Kedokteran Lama

5. Sekolah Kedokteran Lama

Ini adalah resiko yang sudah pasti akan dihadapi oleh siapapun jika ingin jadi dokter. Untuk menjadi dokter umumnya harus menyelesaikan kuliah fakultas kedokteran dengan masa studi minimal 3,5 – 4 tahun.

Bahkan masih ada beberapa fakultas kedokteran yang masih menerapkan pendidikan 5 – 6 tahun. Jenjang pendidikan kedokteran umumnya dibagi dua, yakni tahap sarjana dan pendidikan profesi atau tahapan koas.

Tahap sarjana bisa ditempuh minimal selama 3,5 tahun hingga 4 tahun, tergantung kebijakan masing-masing fakultas. Itu adalah waktu fix yang harus dilalui untuk mendapatkan gelar sarjana kedokteran (S.Ked).

6. Proses Pendidikan Dokter Berat

6. Proses Pendidikan Dokter Berat

Bukan hanya lama, namun pendidikan kedokteran juga dikenal cukup berat mulai dari menjalani fase S.Ked, masa koas hingga menjadi dokter. Kuliah dokter identik dengan banyaknya materi yang harus dipelajari.

Orang yang mempelajari ilmu kedokteran dituntut untuk banyak membaca, menghafal, mempelajari serta memahami agar benar-benar bisa mengerti dan ilmunya tidak hilang begitu saja.

Bentuk ujian di fakultas juga tidak hanya berupa ujian tulis, namun ada juga ujian OSCE untuk mempraktekkan keterampilan klinik, baik berupa wawancara medis, pemeriksaan fisik maupun tindakan bedah.

7. Tahapan Koas Yang Melelahkan

7. Tahapan Koas Yang Melelahkan

Resiko selanjutnya yang harus siap dihadapi jika ingin jadi dokter adalah melewati tahapan koas yang melelahkan. Resiko ini sudah pasti dihadapi oleh calon dokter, pasalnya koas ialah pendidikan profesi.

Calon dokter akan mengitari setiap departemen di rumah sakit, mulai dari departemen penyakit dalam, ilmu kesehatan anak, bedah, kebidanan dan kandungan serta departemen kedokteran lainnya.

Tahapan koas ini ditempuh selam 1,5 – 2 tahun. Selain itu, pada tahapan koas kalian juga dituntut untuk jaga malam dengan frekuensi seminggu, 2 minggu bahkan 3 minggu, setelah itu, paginya bertugas hingga sore.

8. Uji Kompetensi Nasional

8. Uji Kompetensi Nasional

Setelah menyelesaikan pendidikan selama 5-6 tahun, kalian masih akan dihadapkan dengan uji kompetensi nasional. Ujian kompetensi nasional terdiri dari dua bentuk yakni ujian tulis serta ujian OSCE.

Jika belum lulus ujian, calon dokter mesti menunggu 3 bulan berikutnya untuk ujian ulang. Dalam setahun, uji kompetensi diselenggarakan empat kali dan jika belum lulus juga, kalian perlu ujian ulang hingga lulus.

9. Wajib Ikut Program Penempatan dengan Gaji di Bawah Gaji Standar Buruh

9. Wajib Ikut Program Penempatan dengan Gaji di Bawah Gaji Standar Buruh

Resiko lainnya ialah harus mengikuti program internship dan dibayar di bawah gaji standar buruh. Program ini ialah syarat agar dokter bisa menjalankan praktek serta mendapat sertifikat praktek.

Program internship dijalankan secara nasional dengan penempatan kerja menyebar di seluruh wilayah Indonesia. Jadi, kalian harus siap dengan resiko jauh dari keluarga karena ditempatkan di lokasi jauh dari tempat tinggal.

Gaji intern dokter yakni sebesar 2,5 juta per bulan, sebelum di potong pajak. Bisa dibayangkan dengan gaji 2,5 juta mesti ke luar daerah, harus sewa kost serta mencari makan, tentu saja tidak cukup.

10. Resiko Tertular Penyakit dan Kematian

10. Resiko Tertular Penyakit dan Kematian

Resiko terakhir yaitu tertular penyakit dan bahkan kematian. Seperti sudah diketahui, bahwasanya di rumah sakit ada banyak pasien menderita berbagai penyakit, jadi dokter perlu menangani setiap penyakit pasien tersebut.

Hal ini akan sangat memungkinkan jika dokter bisa tertular penyakit berbahaya dari pasien, bahkan itu bisa menyebabkan kematian. Jadi, kalian harus siap dengan resiko ini, karena apapun bisa terjadi.

Bagaimanapun sebuah profesi pasti memiliki resiko tersendiri, itu mesti dihadapi dengan baik. Nah, itulah informasi lengkap dari pilihprofesi.com terkait resiko jadi dokter, semoga informasi di atas bisa bermanfaat.